lonsor dinding Kaldera Bawakaraeng

Description
Desain volume tampungan sedimen yang ada sekarang adalah 29 juta m3, endapan sedimen di waduk telah mencapai 61 juta m3, di sisi lain volume longsoran di kaldera masih ratusan juta m3 dan sewaktu-waktu akan menjadi aliran debris dan mengancam bangunan sungai serta masuk ke waduk. Dengan meningkatnya volume sedimen masuk ke waduk akan mengurangi kapasitas waduk. Jika hal ini tidak dikendalikan akan menimbulkan masalah besar yaitu intake dam Bili-Bili akan tertutup sedimen. Dan apabila intake Bili-Bili terganggu fungsinya, jelas akan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat di kota Makassar dan para petani di kabupaten Gowa dan Takalar.

Action Taken
Ada beberapa langkah yang telah dan masih dipertimbangkan untuk dilakukan dalam penanganannya, yaitu:
a)    Pembangunan Struktur (Sabo Dam), oleh Departemen Pekerjaan Umum
b)    Pembangunan Wilayah (regional development), dibantu oleh Pemprov Sulsel.
c)    Pembangunan masyarakat (community development), dibantu oleh Pemprov Sulsel.
d)    Pengelolaan Sedimen (Sediment Management), dibantu oleh organisasi masyarakat sekitarnya.

Lessons Learned
Tulisan memberi gambaran tentang kondisi waduk Bili-Bili sebelum dan sesudah terjadinya bencana keruntuhan dan longsoran kaldera gunung Bawakaraeng. Waduk Bili-Bili posisinya sangat strategis terhadap pertumbuhan urat nadi sosial-ekonomi  kota Makassar dan sekitarnya, dan oleh karenanya perlu diselamatkan.
Pengelolaan waduk Bili-Bili sebelum dan sesudah bencana alam keruntuhan dan kelongsoran kaldera gunung Bawakaraeng serta pengelolaan DAS Jeneberang yang akan datang untuk mendukung fungsinya untuk pengendalian banjir, menyediakan air baku untuk air bersih, menyediakan air irigasi dan menyediakan tenaga listrik. Dan pengelolaan DAS Jeneberang.

Importance for IWRM
Pembangunan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air  Departemen PU di DAS Jeneberang dari hulu ke hilir untuk pengendalian daya rusak air (bendungan, sand pocket, sabo dam, tanggul banjir, drainase kota), konservasi sumber daya air (bendungan, bendung karet, waduk tunggu, waduk pantai). Pembangunan tersebut untuk mendukung dan mendorong pertumbuhan sosial-ekonomi dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di wilayah DAS Jeneberang.
Kejadian bencana alam longsoran bukan akibat intervensi manusia, namun merupakan fenomena alam (kaldera yang berdinding terjal) yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Akibat longsoran kaldera ini akan menurunkan ketersediaan air di waduk (tampungan efektif menurun) dan berdampak terhadap kapasitas pengendalian banjir , air bersih, air irigasi dan tenaga listrik.
Kasus ini memberikan pelajaran bagi para praktisi dan pembuat kebijakan di bidang sumber daya air. Masih tersisa ratusan juta m3 material longsoran, hal ini akan mengancam operasional waduk dan kehidupan masyarakat sepanjang sungai Jeneberang di hulu waduk. Diharapkan stakeholders lainnya dapat berpartisipasi aktif dalam membuat aksi program bersama untuk menyelesaikan masalah yang timbul.

Kontak : penafsir_mimpi@yahoo.com

© Copyright 2024 @ Kemitraan Air Indonesia | inawater.org ~ KAI